myeco.id | source freepik.com
Setiap bulan Ramadan, umat muslim bersuka cita melaksanakan puasa selama sebulan penuh. Dalam hal ini, bulan Ramadan biasa dimanfaatkan untuk mencari keberkahan dan pahala serta berkumpul bersama keluarga.
Bulan Ramadan juga menjadi momen yang tepat untuk kita mulai memperhatikan penggunaan energi listrik. Pasalnya, banyak aktivitas eksternal yang kemudian dilakukan di rumah selama bulan ini sehingga menjadi peluang untuk konsumsi daya listrik lebih banyak.
Kita seringkali tidak menyadari betapa borosnya aktivitas-aktivitas ini terhadap penggunaan listrik. Dari sahur hingga berbuka puasa, dari ibadah tarawih hingga kajian agama, bulan suci ini penuh dengan aktivitas yang membutuhkan konsumsi energi listrik yang lebih besar dari biasanya.
Setiap tahun, Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengimbau masyarakat untuk menggunakan listrik secara efisien dan hemat selama bulan suci ini. Tidak hanya membantu dalam penghematan tagihan listrik, tetapi juga membantu menjaga cadangan energi yang penting bagi ketersediaan listrik yang stabil di seluruh negeri.
Aktivitas-Aktivitas di Bulan Ramadan, Supaya PLN tetap Tenang
Ramadan hanya hadir satu bulan di tiap tahunnya, banyak orang memanfaatkan momen ini untuk bersuka cita dan beraktivitas sesuka hatinya. Meskipun begitu, terdapat beberapa aktivitas bulan Ramadan yang berpotensi menjadi pemborosan listrik dan harus dipantau lebih serius. Di antaranya seperti di bawah ini.
Baca Juga: Waspada Korsleting Listrik, Bisa Bahaya!
Memasak Makanan Berbuka Puasa dan Sahur
Salah satu aktivitas paling boros listrik selama Ramadan adalah memasak untuk berbuka puasa dan sahur. Dengan banyaknya jenis hidangan yang disiapkan untuk mengisi perut setelah seharian berpuasa, peralatan dapur seperti kompor, oven, dan microwave bekerja keras untuk menyiapkan hidangan-hidangan tersebut.
Penggunaan listrik yang intensif ini dapat menyebabkan lonjakan permintaan energi, terutama menjelang waktu berbuka puasa dan sahur. Maka dari itu, perlu adanya manajemen tersendiri untuk bisa membuat penggunaan listrik saat memasak menjadi tetap efisien.
Pencahayaan di Masjid dan Rumah
Pada saat Ramadan, aktivitas beribadah banyak dilakukan saat hari gelap, seperti tarawih dan juga sahur. Tidak mungkin bila menjalankan ibadah tersebut tanpa memerlukan lampu yang bisa membantu dalam keadaan gelap.
Dalam hal ini, masjid-masjid seringkali diterangi oleh lampu-lampu yang terang, terutama selama ibadah tarawih dan kajian agama malam hari. Di rumah, pencahayaan tambahan untuk membaca Al-Quran dan melakukan ibadah lainnya juga menjadi penyumbang besar konsumsi energi listrik.
Penggunaan Elektronik selama Waktu Luang
Selama bulan Ramadan, biasanya aktivitas sehari-hari akan lebih banyak dipangkas dari segi durasi. Para karyawan akan diperbolehkan selesai bekerja dalam waktu yang lebih awal, begitu juga anak sekolah.
Banyak orang menghabiskan waktu luang mereka dengan menonton acara televisi Islami atau menelusuri konten religius secara daring. Penggunaan televisi, komputer, dan gadget lainnya untuk aktivitas tersebut dapat meningkatkan konsumsi listrik secara signifikan, terutama jika perangkat-perangkat tersebut dibiarkan menyala dalam jangka waktu yang lama.
Penggunaan Pendingin Ruangan di Durasi Lama
Di banyak daerah, Ramadan bertepatan dengan musim panas yang panas dan lembab. Untuk menjaga kenyamanan selama beribadah di masjid atau saat beristirahat di rumah, penggunaan pendingin udara seringkali tidak bisa dihindari.
Namun, penggunaan AC yang berlebihan dapat meningkatkan konsumsi energi secara signifikan, terutama jika pengaturan suhu terlalu rendah atau jika AC dibiarkan menyala saat ruangan kosong.
Penggunaan Alat Elektronik selama Beribadah
Pada bulan Ramadan, beberapa orang akan memanfaatkan aplikasi dan perangkat elektronik lain untuk membantu mereka dalam melaksanakan ibadah. Beberapa teknologi aplikasi yang kerap digunakan adalah aplikasi adzan, Al-Quran digital, pengingat sahur dan berbuka, serta sebagainya.
Penggunaan perangkat-perangkat ini, meskipun membantu dalam memperdalam spiritualitas, juga menambah beban konsumsi listrik secara keseluruhan. Perangkan seperti gadget yang digunakan tentu membutuhkan pengisian daya yang didapatkan dari listrik.
PT PLN (Persero) Yakin Pasokan Listrik Cukup di Bulan Ramadan
Dilansir dari infopublik.id, PLN telah menegaskan komitmennya untuk
memastikan pasokan listrik yang stabil dan memadai selama bulan Ramadan tahun
2024. Dalam upaya ini, PLN telah melakukan persiapan yang matang, termasuk
peningkatan kapasitas infrastruktur kelistrikan dan pengawasan yang ketat
terhadap sistem distribusi energi.
Langkah-langkah ini diambil unntuk antsipasi permintaan energi
selama bulan suci Ramadan sehingga tidak terjadi gangguan, terutama pada waktu-waktu kritis seperti berbuka puasa dan sahur. PLN juga telah berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait,
termasuk pemerintah daerah dan pihak terkait lainnya, untuk memastikan bahwa
masyarakat dapat menjalankan ibadah mereka dengan tidak terjadi gangguan akibat pemadaman
listrik.
Dengan demikian, masyarakat tidak perlu begitu risau akan ketersediaan
listrik dan pemadaman di bulan Ramadan. Meski begitu, masyarakat tetap harus
mengelola konsumsi daya listriknya dan tidak bersikap boros.
Tarif Listrik Paling Mahal Jam Berapa?
Tarif listrik paling mahal akan terjadi pada waktu dengan tingkat konsumsi paling tinggi. Beberapa wilayah sebelumnya menetapkan waktu dengan konsumsi paling tinggi di pukul 17.00-20.00. Sementara pada bulan Ramadan sendiri, PLN mencatat terjadi dua pola perubahan pemakaian listrik, yakni di jam 17.30-20.30 saat berbuka dan tarawih serta 03.30-04.30 sewaktu sahur.
Pakai Produk myECO Agar Ramadanmu Tetap Hemat Listrik
Produk SmartPlug myECO siap menemani dan mempermudah ibadahmu di bulan Ramadan. SmartPlug berbasis IoT ini bekerja dengan cara mode jadwal sehingga kamu bisa menentukan perangkat elektronikmu hanya menyala saat sahur atau berbuka saja – Yuk Beli SmartPlug IoT di Tokopedia myECO!