Krisis energi di Indonesia kian hari tampaknya semakin menjadi ancaman. Kondisi ini juga dibenarkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif. Arifin menjelaskan bahwa krisis energi bisa terjadi karena ketergantungan Indonesia terhadap energi fosil yang cukup tinggi.
Indonesia selama ini lebih banyak menggunakan energi fosil ketimbang energi terbarukan, 42,4% energi di Indonesia berasal dari batu bara dan 31,4% berasal dari minyak bumi. Di samping permintaannya yang besar, produksi minyak di Indonesia justru masih kurang.
Pengertian Krisis Energi
Pengertian krisis energi sendiri adalah kondisi kurangnya persediaan energi atau sumber daya, sehingga menghasilkan peningkatan harga sumber daya. Krisis energi ini biasanya merujuk pada sumber daya vital seperti minyak bumi dan listrik sehingga dapat berujung pada terjadinya resesi ekonomi yang merusak siklus ekonomi negara bahkan dunia.
Krisis energi lebih menekankan pada faktor konsumen. Penyebabnya bisa terjadi dari konsumsi yang berlebihan, populasi yang sangat besar, pemborosan penggunaan energi, dan kurangnya pemanfaatan energi terbarukan.
Transisi Energi dari penggunaan energi fosil menuju penggunaan energi terbarukan yang relatif lebih ramah lingkungan dipercaya bisa menjadi cara untuk mengatasi krisis energi. Transisi energi faktanya memberikan peluang Indonesia untuk menjadi pionir karena Indonesia sendiri memiliki sumber daya energi terbarukan yang melimpah.
Bagaimana Kebijakan Pemerintah Mengenai Krisis Energi?
Pemerintah Indonesia juga menjadikan transisi energi sebagai upaya untuk menjaga ketahanan energi dan menciptakan ekonomi hijau di Indonesia. Dalam siaran pers Kementeriaan Koordinator Bidang Perekonomian RI, pemerintah telah menambahkan bauran energi terbarukan sebesar 23% di tahun 2025 dan 31% hingga tahun 2030.
Keseriusan pemerintah dalam mengatasi krisis energi juga dapat dilihat dari berbagai kerja sama pembiayaan dan investasi di sektor energi. Kerja sama tersebut banyak dihasilkan dari presidensi G20 di tahun 2022 lalu.
Dalam hal mengatasi ketergantungan minyak bumi, pemerintah berencana untuk mengimplementasikan biodiesel B35. Selain itu, pemerintah juga akan terus meningkatkan penguatan teknologi seperti transisi PLTU menjadi PLT non-fosil.
Dampak Transisi Energi ke Penguatan Ekonomi
Penggunaan energi tidak dapat dilepaskan dari bahasan ekonomi. Ketergantungan Indonesia terhadap energi fosil selama ini berdampak pada Indonesia yang masih menjadi importir bahan bakar fosil meskipun Indonesia juga merupakan produsen minyak bumi.
Transisi energi akan membuat ketergantungan terhadap energi fosil menjadi berkurang sehingga harga antar sumber daya akan jauh lebih merata. Kegiatan produksi dan konsumsi energi ramah lingkungan juga akan mendorong ketahanan energi sekaligus menciptakan penguatan ekonomi berkelanjutan.
Gunakan Produk Ramah Lingkungan dari myECO untuk Mendukung Transisi Energi
Transisi energi dari penggunaan energi fosil menuju energi terbarukan yang ramah lingkungan sangat penting dan berdampak pada berbagai hal. Masyarakat juga dapat berkontribusi dengan mulai menggunakan produk ramah lingkungan, salah satunya dari myECO. myECO mampu membantu Anda mengurangi penggunaan energi dengan teknologi canggih smarthome IOT dan tetap mempertahankan kenyamanan penggunaan.