Sebulan penuh umat muslim menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Setelah itu, umat Muslim menyambut hari kemenangan dengan hari raya Idul Fitri. Menjelang Idul Fitri, tepatnya pada malam 1 Syawal, umat Muslim akan beramai-ramai mengumandangkan takbir secara serentak. Umumnya, umat Muslim melaksanakan takbiran di masjid-masjid. Namun, ternyata tradisi pada saat malam lebaran di Indonesia bukan hanya itu. Di berbagai daerah terdapat beragam tradisi unik malam takbiran untuk menyambut Idul fitri.
Setelah beberapa tahun kebelakang kebanyakan tidak ada acara malam takbiran karena adanya pandemi Covid-19, pada lebaran 2023 kali ini akan mengobati kerinduan pada serunya malam takbiran.
Beberapa Tradisi Malam Takbiran di Indonesia yang Sobat MinCo Harus Ketahui.
1. Tradisi Grebeg Syawal (Yogyakarta)
Tradisi Grebeg Syawal di Yogyakarta merupakan tradisi yang sangat unik. Pada malam takbiran, masyarakat akan berbondong-bondong menuju Masjid Agung Yogyakarta untuk mengikuti tradisi yang sudah berlangsung sejak abad ke-18 ini. Pada saat itu, warga akan menyerbu gunungan berisi makanan dan barang-barang kebutuhan sehari-hari yang diperebutkan secara adu kuat. Barang-barang tersebut akan diambil oleh masyarakat karena dipercaya akan membawa keberuntungan di hari raya.
2. Tradisi Meriam Karbit (Pontianak)
Di Kota Pontianak, terdapat tradisi unik yaitu meriam karbit. Pada malam takbiran, masyarakat Pontianak akan meletuskan meriam karbit secara bergantian. Tradisi ini sudah berlangsung sejak zaman kolonial Belanda. Meriam karbit tersebut sebenarnya merupakan meriam peninggalan Belanda yang diisi dengan campuran karbit dan semen. Bunyi ledakan meriam ini menjadi tanda bahwa malam takbiran telah tiba. Menyalakan meriam karbit biasa dilakukan oleh masyarakat yang bermukim di bantaran Sungai Kapuas.
3. Meugang (Aceh)
Sebagai daerah yang dikenal dengan ajaran Islam yang sangat kental, Aceh memiliki tradisi tersendiri dalam mengisi malam takbiran, yakni yang disebut Meugang. Meugang adalah kegiatan membagikan atau mengirim daging pada saat malam takbiran kepada orang-orang yang kurang mampu.
Bagi masyarakat Aceh, menyambut lebaran atau Idul Fitri tanpa meugang akan terasa tidak lengkap. Meskipun meugang bukan sebuah kewajiban, tetapi ini sudah mengakar di masyarakat secara turun-temurun sehingga seperti menjadi sebuah keharusan.
4. Tradisi Ronjok Sayak (Bengkulu)
Dikenal juga dengan tradisi bakar gunung api, perayaan ini ditandai dengan menyalakan api melalui tumpukan serabut kelapa setinggi satu meter.
Masyarakat setempat percaya bahwa tumpukan kelapa yang disusun dan dibakar merupakan tanda ucapan syukur kepada Allah SWT serta sebagai sarana mengirim doa untuk arwah keluarga yang telah meninggal.
Setelah kegiatan bakar-bakaran, masyarakat yang mengikuti tradisi ini akan mengirim makanan untuk tetangga serta kerabat dekat. Pada awalnya, Ronjok Sayak ditujukan untuk menciptakan alat penerangan sebagai bentuk sukacita karena datangnya hari raya Idul Fitri atau lebaran.
5. Tumbilotohe (Gorontalo)
Masyarakat Gorontalo menggelar tradisi Tumbilotohe setiap malam takbiran tiba. Tumbilotohe memiliki arti “saatnya memasang lampu”. Warga Gorontalo akan merayakan malam lebaran dengan cara memasang lampu minyak yang jumlahnya bisa mencapai ribuan.
Lampu tanpa listrik ini pemasangannya diadakan di berbagai tanah lapang. Uniknya, lampu minyak ini akan disusun dalam berbagai bentuk sehingga menjadi lampu hias yang terlihat indah dan menerangi kota pada malam takbiran.
6. Pawai Kendaraan Hias (Sumatera Utara)
Di Sumatera Utara juga ada kegiatan khusus dalam memeriahkan malam lebaran. Tradisi unik ini dikenal dengan sebutan Kendaraan Hias. Konvoi kendaraan hias ini merupakan tradisi kabupaten Asahan, Sumatera Utara. Namun, tradisi ini juga kerap dijumpai di Kota Medan. Biasanya digelar oleh pemerintahan daerah setempat. Para peserta berasal dari pengurus masjid di Sumatera Utara, serta perwakilan kelurahan maupun pedesaan.
Kendaraan yang ikut konvoi harus mendaftarkan diri terlebih dahulu. Setelah itu, kendaraan dihias semenarik mungkin lengkap dengan pernak-pernik khas lebaran. Selanjutnya kendaraan hias tersebut akan diarak berkeliling kota. Tradisi ini selalu menyedot perhatian warga dan wisatawan setiap tahunnya di malam takbiran.
7. Pawai Obor (Sulawesi)
Tradisi Pawai Obor juga biasa dilakukan oleh masyarakat Sulawesi di setiap malam lebaran Idul Fitri. Pawai obor ini dianggap sebagai simbol kebersamaan serta toleransi. Sambil menyalakan obor, warga akan berkeliling menggemakan takbir tanda Hari Raya telah tiba. Pawai obor juga bertujuan sebagai sarana edukasi bagi anak-anak mengenai pentingnya mengumandangkan takbir di malam menjelang lebaran.
Selain seperti tradisi di atas, masih banyak lagi tradisi lain ataupun serupa di seluruh Indonesia dalam menyambut hari Raya Idul Fitri.
Baca Juga: Menu Takjil Tanpa Listrik, Bikin Hemat Listrik dan Siap untuk Dibagikan!
Jangan lupa bagikan ke grup WhatsApp keluargamu, agar Kakek, nenek hingga ponakanmu juga ikutan tahu dan mampir juga semua platform MyECO agar kamu ga ketinggalan update-an terbaru.